Tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen: Erna Kadrianti, S.Kep, Ns.
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM CUSHING
KELOMPOK 1
KELAS A3
S1 KEPERAWATAN A
STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Kelompok 1
Kelas A3
1. JUFRIYANTO TAHIR
2. JUHAISA
3. JULANDARI
4. JULIANA
5. JUMARDI
6. JUNINGSI EKAWATI BHINEKA
7. JUSRANINGSI
8. JAWIDA
9. JUWILDA BARMAWI
10. JUWITA SIMON
11. KADRIANSYAH
12. KAPRI
13. KARMILA KAHAR
14. KARTIAH
15. KASMAWATI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Cortisol
merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing
merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi
kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya
peningkatan berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo
hump) dan di wajah (moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis,
hiperglikemia, hipertensi, dan lain sebagainya.
Prevalensi
sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada perempuan 1 :
10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan oleh
hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia
(10%) dan gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu
telah dilaporkan sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing,
dua kasus disebabkan gagal jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan
Soehita, 2005).
Sindroma
Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis,
sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan
karsinoma), dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada
terapi penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, asma bronchial, dan lain
sebagainya. Penetapan diagnosis sindroma Chusing berdasarkan penyebabnya perlu
ditegakkan untuk mempermudah melakukan terapi pada pasien. Seperti yang
terdapat dalam skenario dimana terdapat pasien yang kemungkinan menderita
sindroma Chusing namun untuk menentukan penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya.
B. Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi sindrom cushing
2. Untuk
mengetahui etiologi sindrom cushing
3. Untuk
mengetahui patofisiologi sindrom cushing
4. Untuk
mengetahui manifestasi klinis sindrom cushing
5. Untuk
mengetahui penatalaksanaan sindrom cushing
6. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan sindrom cushing
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber,
antara lain :
-
Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang
timbul akibat peningkatan glukotirid plasma jangka panjang dalam dosis
farmakologik (Latrogen). (William.
F. Ganang, Fisiologis Kedokteran, Hal 364)
-
Syndrome
Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial, terutama
kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)
-
Syndrome
Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal
karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan anak, Edisi 15 hal 1979).
B.
Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau
kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan
hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak
tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga
hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom
cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar
ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)
Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:
1. Pada sindrom chusing primer, terlalu
banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal.
2. Pada sindrom chusing sekunder,
terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh hyperplasia adrenal
karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh:
a. Hipofisis mengeluarkan terlalu
banyak ACTH karena gangguan hipofisis atau hipotalamus.
b. Keluarnya ACTH yang berasal dari
ektopik non hipofisis (produksi hormone diluar hipofisis) meningkat, misalnya
pada karsinoma bronkogenik, adenoma bronchial, dan karsinoma pancreas.
3. Pada sindrom chusing iatrogenic,
kadar kortisol yang sangat tinggi sebagai akibat terapi glukokortikoid yang
berlangsung lama.
C.
Patofiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami
manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik
dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid
mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein. Menyebabkan menurunnya
kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai
akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot,
pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami
atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut
elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae).
Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah
dan melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga
dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Metabolisme karbohidrat
dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada
sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia.
Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek
dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk
meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi
insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan
menimbulkan manifestasi klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi
jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh (Obesitas). Wajah bulan
(moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal
(punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus
akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit, efek minimal pada
elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat
menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema,
hipokalemia dan alkalosis metabolik.
4. Sistem kekebalan
Ada
dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody
humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang
lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang
tersensitasi. Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghambat
pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap
anti gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut
ini: Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag Induksi
dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi,Reaksi peradangan Menekan
reaksi hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
Sekeresi
asam lambung dapat ditingkatkan. Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat
meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan
faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
6. Fungsi otak
Perubahan
psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi
singkat.
7. Eritropoesis
Involusi
jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid
adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini
glukokortikoid: Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan
permeabilitas kapiler. Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan
menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan
menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang
dperantarai anti bodi. Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi
terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh
mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis
farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
D.
Manifestasi
Klinis
1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Wajah bulan (moon face)
3. Perubahan-Perubahan pada kulit
4. Buffalo hump
5. Hipertensi
6. Disfungsi Gonad
7. Gangguan Psikologis
8. Kelemahan Otot, Mudah lelah
9. Osteoporosis
akibat Katabolisme Protein yang berlebih
10. Haus dan poliuri
11. Gangguan tidur akibat dhiural
kortisol
12. Nyeri punggung
E.
Test
Diagnostik
1. CT scan
Untuk
Menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus syndrome cusing
2. Photo scaning
3. Pemeriksaan sidik nuklir
Kelenjar
adrenal mengharuskan Pemberian kolesterol radio aktif secara inra vena
4. Pemeriksaan elektro kardiografi
Untuk
menentukan adanya hipertensi. (Endokrinologi edisi 4 hal 437)
F.
Penatalaksanaan
Karena lebih
banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis dibanding tumor
korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis.
Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan
terapi pilihan yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika
operasi ini dilakukan oleh tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga
memberikan hasil yang memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk
mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan
hipertropi adrenal primer.
Setelah
pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam
kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang
sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin
diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan
respon yang normal terhadap kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi
bilateral), terapi penggantian dengan hormon – hormon korteks adrenal harus
dilakukan seumur hidup.
Preparat
penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane, ketokonazol)
dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut
disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan
secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala
insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat – obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing
merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian
obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap
hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang
ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap
organ yang ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari
sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya
responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
-
Data Dasar
Pengumpulan
riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone
korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal
untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat
kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan
untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan
untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:
-
Data Subjectif, berikut hal yang
harus dikaji:
·
Perubahan
proporsi tubuh, berat badan,distribusi bulu tubuh, rambut kepala rontok atau
menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan luka sulit sembuh
·
Nyeri
tulang, terutama nyeri punggung
·
Riwayat
infeksi pada kulit dan saluran pernapasan
·
Data
neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan
·
Asupan
makanan dan cairan selama 24 jam
·
Peningkatan
rasa haus dan nafsu makan
·
Perubahan
haluaran urine
·
Data
seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, ciri-ciri seksualitas
sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan ciri-ciri seksualitas
sekunder
·
Pengetahuan
mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan
-
Data objektif, berikut hal yang
harus dikaji:
·
Adanya
moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki kurus,
hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum sembuh.
·
Neurologis
: ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.
·
Kardiovaskuler
: tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan distensi vena jugularis.
·
Nutrisi
: asupan makanan dan cairan
·
Musculoskeletal
: massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari posisi duduk
·
Eliminasi
: haluaran urine dan adanya glukosuria
·
Seksualitas
: cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu tubuh, dan rambut
kepala.
-
Pemeriksaan
Diagnostik
Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya
peningkatan kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi kortisol, CT
Scan, dan ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal. (Standar Perawatan
Pasien; Susan Martin Tucker, hal, 342)
Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang
dilakukan adalah:
a. Uji terhadap darah dilakukan untuk
mengetahui:
Ø Penurunan kadar kalium serum
(hipokalemia)
Ø Peningkatan natrium serum
(hipernatremia)
Ø Peningkatan bikarbonat serum dan pH
(alkalosis)
Ø Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)
Ø Peningkatan aldosteron plasma
b. Uji terhadap urine dilakukan untuk
mengetahui :
Ø Penurunan berat jenis urine (urine
encer)
Ø Peningkatan protein urine
Ø Peningkatan aldosteron urine.
-
Penyimpangan KDM
-
Analisa Data
Data Pendukung
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS :
- Kelemahan secara menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri dari posisi
duduk
- aktivitas dibantu keluarga dan
perawat
- tirah baring /imobilisasi
|
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia
adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- pembentukan energy
- Intoleransi aktivitas
|
Intoleransi Aktivitas
|
DS :
- Klien mengatakan ada memar dan
lukanya sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan ada luka yang
belum sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
|
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia
adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- protein kulit hilang
- kerusakan integritas kulit
|
Kerusakan integritas kulit
|
DS :
- penolakan terhadap berbagai
perubahan actual
- perasaan negative mengenai bagian
tubuh (perasaan tidak berdaya)
- keputusasaan atau tidak ada
kekuatan
DO :
- adanya moon face, buffalo hump,
obesitas
- perubahan struktur dan atau fungsi
actual
|
- Pemakaian obat glukokortikoid
dalam jangka panjang
- kadar kortisol dalam darah
- distribusi jaringan adipose
- Moon face, buffalo hump
- Gangguan citra tubuh
|
Gangguan citra tubuh
|
DS :
- Perubahan haluaran urine
DO :
- Haluaran urine dan adanya
glukosuria
|
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia
adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- Retensi natrium
- Penumpukan cairan
- Gangguan keseimbangan cairan
|
Kelebihan volume cairan
|
DS :
- melaporkan nyeri baik secara
verbal maupun nonverbal
DO :
- posisi untuk mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif (gelisah,
meringis, dan mengeluh)
- perubahan dalam nafsu makan
|
- Pemakaian obat glukokortikoid
dalam jangka panjang
- kadar kortisol dalam darah
- sekresi lambung
- ulkus
- nyeri
|
Nyeri
|
DS :
- Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketramppilan motorik halus
DO:
- Keterbatasan ROM
|
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia
adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- protein jaringan hilang
- atropi otot
- resti cedera
|
Resti Cedera
|
B. Diagnosa
-
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
-
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan edema.
-
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
-
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
-
Nyeri
berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
-
Resti
cedera berhubungan dengan atropi otot
C. Perencanaan
No.
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein. Yang ditandai dengan :
DS :
- Kelemahan secara menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri dari posisi
duduk
- aktivitas dibantu keluarga dan
perawat
- tirah baring/imobilisasi
|
Setelah tindakan keperawatan
diharapkan toleransi aktivitas baik, dengan kriteria hasil :
- klien menunjukkan kemampuan untuk
melakukan aktivitasnya sendiri
|
- Kaji tanda-tanda intoleransi
- Bantu untuk memilih aktivitas yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
- Bantu aktivitas klien yang berarti
- Pastikan lingkungan aman bagi
keberlangsungan gerakan-gerakan yang melibatkan sejumlah besar otot-otot
tubuh
|
- Adanya tanda-tanda intoleransi
aktivitas, dapat memudahkan penentuan intervensi selanjutnya
- Aktivitas
yang sesuai dengan kemampuan klien, akan mengurangi penggunaan kekuatan otot
yang berlebihan
- Mengurangi
penggunaan energi yang berlebihan, dan klien tidak cepat capai
- Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya
pada tulang dan jaringan lunak, mencegah terbentur pada sudut furniture yang
tajam.
|
2.
|
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,
yang ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan ada memar dan
lukanya sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan ada luka yang
belum sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan keadaan kulit membaik, dengan kriteria hasil
- Memar hilang
- Luka sembuh
- Turgor kulit baik
- Pigmentasi kulit normal
·
|
- Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vaskular.
- Pantau
masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- Inspeksi area tergantung edema.
- Berikan perawatan kulit. Berikan
salep atau krim.
- Anjurkan menggunakan
pakaian katun longgar.
- Kolaborasi dalam pemberian matras
busa.
|
- Menandakan
area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
- Mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi
berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat
seluler.
- Jaringan edema lebih cenderung
rusak/robek.
- Lotion dan
salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit
- Mencegah iritasi dermal langsung
dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
- Menurunkan tekanan lama pada jaringan.
|
3.
|
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik, yang ditandai dengan:
DS :
- penolakan terhadap berbagai perubahan actual
- perasaan negative mengenai bagian
tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusasaan atau tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon face, buffalo hump,
obesitas
- perubahan struktur dan atau fungsi
actual
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan citra tubuh kembali, dengan
kriteria hasil :
- Dapat membicarakan diri sendiri
secara positif
- Klien
mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif tentang
perubahan penampilan
|
- Bina hubungan saling percaya
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang kondisi dan pengobatan
- Diskusikan
arti perubahan pada pasien.
- Anjurkan orang terdekat
memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
- Rujuk ke perawatan kesehatan.
Contoh: kelompok pendukung.
|
- Dengan hubungan saling percaya,
klien akan dapat mengungkapkan perasaannya dan masalahnya
- Mengidentifikasi luas masalah dan
perlunya intervensi.
- Beberapa pasien memandang situasi
sebagai tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran
dan kehilangan kemampuan control tubuh sendiri.
- Menyampaikan harapan bahwa pasien
mampu untuk mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga
diri dan tujuan hidup.
- Memberikan bantuan tambahan untuk
manajemen jangka panjang dari perubahan pola hidup.
|
4.
|
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kelebihan natrium, yang ditandai dengan :
DS :
- Perubahan haluaran urine
DO :
- Haluaran urine dan adanya
glukosuria
-
edema
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dapat menunjukkan pulihnya volume cairan, dengan
criteria hasil :
- Menunjukkan volume cairan stabil,
dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda
vital dalam rentang normal
- Tak ada edema.
|
- Ukur masukan
dan haluaran, catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari.
- Awasi tekanan darah.
- Kaji derajat perifer/edema
dependen
- Awasi albumin
serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
- Batasi natrium dan cairan sesuai
indikasi.
|
- Menunjukan status volume sirkulasi,
terjadinya/ perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan
positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lenjut.
- Peningkatan tekanan darah biasanya
berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi
karena perpindahan cairan keluar area vaskuler.
- Perpindahan cairan pada jaringan
sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin dan penurunan ADH.
- Penurunan albumin serum
memperngaruhi tekanan osmotic koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
- Natrium mungkin dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
|
5.
|
Nyeri berhubungan dengan
peningkatan sekresi lambung, yang ditandai dengan :
DS :
- melaporkan nyeri baik secara
verbal maupun nonverbal
DO :
- posisi untuk mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif (gelisah,
meringis, dan mengeluh)
- perubahan dalam nafsu makan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan nyeri berkurang/hilang, dengan criteria hasil:
- Klien mengatakan nyeri
hilang/berkurang
- menunjukkan postur tubuh rileks
- mampu tidur dengan tepat
|
- Catat keluhan
nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Kaji ulang faktor yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Berikan makan sedikit tapi sering
sesuai indikasi untuk pasien
- Berikan obat sesuai indikasi. Mis,
antasida.
|
-
Nyeri
tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri
pasien.
-
membantudalam membuat diagnosa dan
kebutuhan terapi.
-
makanan
mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster.
Makanan sedikit mencegah distensi dan haluaran gaster.
-
menurunkan
keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia
|
6.
|
Resti cedera berhubungan dengan
atropi otot,yang ditandai dengan :
DS :
- Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik halus
DO :
- Keterbatasan ROM
|
Setelah dilakukan tidakan
keperawatan diharapkan cedera tidak terjadi, dengan criteria hasil:
- Klien bebas dari cedera jaringan
lunak atau fraktur
- Klien bebas dari area ekimotik
- Klien tidak mengalami kenaikan
suhu tubuh, kemerahan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi dan inflamasi lainnya
|
- Kaji tanda-tanda ringan infeksi
- Ciptakan lingkungan yang protektif
- Bantu klien ambulasi
- Berikan diet tinggi protein,
kalsium, dan vitamin D
|
- Efek
antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda-tanda umum inflamasi dan
infeksi.
- Mencegah jatuh, fraktur dan cedera
lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
- Mencegah terjatuh atau terbentur
pada sudut furniture yang tajam.
- Meminimalkan
penipisan massa otot dan osteoporosis.
|
D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan
langsung pada pasien, keuarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan
yang dibuat. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan (Keliat, 2006).
No.
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
1.
|
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
|
- Mengkaji tanda-tanda intoleransi
- Membantu untuk memilih aktivitas
yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
- Membantu aktivitas klien yang
berarti
- Memastikan lingkungan aman bagi
keberlangsungan gerakan-gerakan yang melibatkan sejumlah besar otot-otot
tubuh
|
2.
|
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
|
- Menginspeksi kulit terhadap
perubahan warna, turgor, vaskular.
- Memantau
masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- Menginspeksi area tergantung
edema.
- Memberikan perawatan kulit. Memberikan
salep atau krim.
- Menganjurkan
menggunakan pakaian katun longgar.
- Melakukan kolaborasi dalam
pemberian matras busa.
|
3.
|
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik.
|
- Membina hubungan saling percaya
- Mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang kondisi dan pengobatan
- Mendiskusikan
arti perubahan pada pasien.
- Menganjurkan orang terdekat
memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
- Merujuk ke perawatan kesehatan.
Contoh: kelompok pendukung.
|
4.
|
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kelebihan natrium.
|
- Mengukur
masukan dan haluaran, mencatat keseimbangan positif. Menimbang berat badan
tiap hari.
- Mengawasi tekanan darah.
- Mengkaji derajat perifer/edema
dependen
- Mengawasi
albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
- Membatasi natrium dan cairan
sesuai indikasi.
|
5.
|
Nyeri berhubungan dengan
peningkatan sekresi lambung.
|
- Mencatat
keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Mengkaji ulang faktor yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Memberikan makan sedikit tapi
sering sesuai indikasi untuk pasien
- Memberikan obat sesuai indikasi.
Mis, antasida.
|
6.
|
Resti cedera berhubungan dengan
atropi otot.
|
- Mengkaji tanda-tanda ringan
infeksi
- Menciptakan lingkungan yang
protektif
- Membantu klien ambulasi
- Memberikan diet tinggi protein,
kalsium, dan vitamin D
|
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S:
Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O:
Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A:
Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan
P:
Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien
yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Hasil yang diharapkan:
-
Menurunkan resiko cedera dan infeksi
·
Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak
·
Bebas daerah ekimosis.
·
Tidak mengalami kenaikan suhu,
kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-tanda lain infeksi serta inflamasi.
-
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri
·
Merencanakan aktivitas perawatan dan
latihan untuk memungkinkan periode istirahat
·
Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
·
Bebas komplikasi mobilitas.
-
Mencapai/mempertahankan integritas
kulit.
·
Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti
adanya luka atau infeksi
·
Menunjukkan bukti berkurangnya edema
pada ekstremitas dan badan
·
Mengubah posisi dengan sering dan
memeriksa bagian kukit yang menonjol setiap hari.
-
Mencapai perbaikan citra tubuh.
·
Mengutarakan perasaan tentang perubahan
penampilan, fungsi seksual dan tingkat aktivitas.
·
Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan
fisik merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid yang berlebihan.
-
Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
-
Tidak adanya komplikasi.
·
Memperlihatkan tanda-tanda vital serta
berat badan yang normal serta bebas dari gejala krisis addisonian.
·
Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala
hipofungsi korteks adrenal yang harus dilaporkan dan menyatakan tindakan yang
akan diambil pada keadaan sakit serta stress berat.
·
Mengidentifikasi strategi untuk
memperkecil komplikasi sindrom cusing
·
Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan
lanjut. (Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner
Suddart, Hal1331).
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom
cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini
dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik
senyawa-senyawa glukokortikoid.
Sindrom
cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan, kelebihan stimulasi
ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carcinoma.
Misalnya adenoma pada hipofisis.
Sindrom
cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing
spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat rangsangan belebihan oleh
ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
B. Saran
Bagi mahasiswa
keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep sindrom cushing serta dapat
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar