I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berdasarkan
survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada balita 0-5
tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei
di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar
26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi
itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah
kekurangan besi.
Anemia
merupakan kondisi di mana kurangnya konsentrasi sel darah merah atau menurunnya
kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan kadar tersebut banyak
dijumpai pada anak karena kurangnya kadar zat besi atau pendarahan, sehinggan
anemia ini dapat disebut juga sebagai anemia defisiensi zat besi (anemi kurang
zat besi), walaupun sebenarnya apabila bayi yang lahir dengan ibu non-anemia
atau bergizi baik akan membuat bayi tersebut lahir dalam keadaan zat besi yang
cukup apabila diberikan ASI yang cukup pula, akan tetapi apabila zat besi yang
sebenarnya cukup tersedia dalam ASI tidak dimanfaatkan oleh ibu dan anak
tersebut tidak mendapatkan sumber zat besi yang dapat diperoleh dari susu
formula atau makanan yang kaya akan zat besi dapat menimbulkan adanya anemia,
selain kadar zat besi anemia dapat juga ditimbulkan karena pendarahan seperti
pendarahan pada usus atau kehilangan darah serta akibat makanan yang salah,
atau pendarahan lain yang jumlahnya berlebihan.
Anemia
bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin
dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu
mendapat perhatian.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui konsep dasar penyakit anemia pada anak
2. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan anemia pada anak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
Dasar Penyakit
v Defenisi
Anemia
adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan hemoglobin (Hb)
dalam setiap millimeter kubik darah. Hampir semua gangguan pada system
peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan
pada tubuh terutama ekstrimitas. Penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Gangguan
produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
-
Perubahan sintesa Hb yag dapat menimbulkan
anemia defisiensi Fe, Thalasemia, dan anemia infeksi kronik
-
Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan
natrium yang dapat menimbulkan anemia pernisiosa dan anemia asam folat
-
Fungsi sel induk (stem sel) terganggu,
sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
-
Infiltrasi sumsum tulang, misalnya
karena karsinoma.
2. Kehilangan
darah
-
Akut karena perdarahan atau
trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak
-
Kronis karena perdarahan pada saluran
cerna atau menorhagia
3. Meningkatnya
pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena:
-
Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim
C6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit)
-
Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan
yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum pada darah karena gangguan ginjal
atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan
baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud adalah
protein, asam folat, vitamin B12, mineral Fe.
Berdasarkan penyebab
tersebut di atas, anemia dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu,
Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
Merupakan
anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan baku
pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan
oleh berbagai hal yaitu asupan yang kurang mengandung zat besi terutama pada
fase pertumbuhan cepat, penurunan reabsorbsi karena kelainan pada usus atau
karena anak banyak mengkonsumsi the (menurut penelitian, ternyata teh dapat
menghambat rebsorbsi Fe), dan kebutuhan yang mengikat, misalnya pada anak
balita yang pertumbuhannya cepat sehingga memerlukan nutrisi yang lebih banyak.
Bayi
premature juga berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi, karena
berkurangnya persediaan Fe pada masa fetus. Pada trimester akhir kehamilan, Fe
ditransfer dari ibu ke fetus, kemudian disimpan di liver, lien, dan sumsum
tulang belakang. Cadangan Fe ini hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bayi sampai usia 5-6 bulan saja, bahkan pada bayi premature cadangan tersebut
hanya cukup sampai usia 2-3 bulan. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok dengan
pemberian nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami defisiensi Fe (Wong,
1989:859).
Sering
dijumpai bahwa bayi yang kegemukan (overweight)
mengalami defisiensi Fe. Hal ini disebabkan karena pemberian susu (PASI) yang
berlebihan tanpa disertai dengan makanan tambahan lainnya. Bayi akan kelihatan
pucat, perkembangan ototnya terlambat, dan mudah infeksi.
Secara
normal, tubuh hanya memerlukan Fe dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu,
ekskresi besi juga sangat sedikit. Pemberian Fe yang berlebihan dalam makanan
dapat mengakibatkan hemosiderosis (pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian
Hb) dan hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebih dalam jaringan). Pada masa
bayi dan pubertas, kebutuhan Fe meningkat karena pertumbuhan. Demikian juga,
dalam keadaan infeksi.
Kekurangan
Fe meningkatkan kekurangan Hb, sehingga pembuatan eritrosit mengalami
penurunan. Di samping itu, tiap eritrosit akan mengandung Hb dalam jumlah lebih
sedikit. Akibatnya, bentuk selnya menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel
darah kecil), karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah yang lebih
sedikit.
Anemia Megaloblastik
Merupakan
anemi yang terhjadi karena kekurangan asam folat. Disebut juga dengan anemia
defisensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA
dan RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis,
sedangkan RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi
megaloblastik tergolong dalam anemi makrositik, seperti pada anemi pernisiosa.
Ada beberapa penyebab penurunan asam folat (FK UI, 1985:437), yaitu:
1.
Masukan yang kurang. Pemberian susu saja
pada bayi di atas 6 bulan (terutama susu formula) tanpa pemberian makanan
tambahan yang cukup juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat.
2.
Gangguan absorbsi. Adanya penyakit atau
gangguan pada gastrointestinal dapat menghambat absorbsi bahan makanan yang
diperlukan tubuh.
3.
Pemberian obat yang antagonis terhadap
asam folat. Anak yang mendapat obat-obat tertentu, seperti metotreksat,
pitrimetasin, atau derivate barbiturate sering mengalami defisiensi asam folat.
Obat-obat tersebut dapat menghambat kerja asam folam dalam tubuh, karena
mempunyai sifat yang bertentangan.
Anemia Permisiosa
Merupakan
anemi yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemi pernisiosa ini
tergolong anemi megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir sama dengan
anemi defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemi makrositik
normokromik, yaitu ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk abnormal
tetapi kadar Hb normal.
Vitamin
B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisma jaringan
saraf, dan purin. Selain asupan yang kurang, anemi pernisiosa dapat disebabkan
karena adanya kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan
skeret yang berfungsi untuk absrobsi B12 (Markum, 1991:125).
Anemia Pascapendarahan
Terjadi
sebagai akibat dari pendarahan yang massif (perdarahan terus menerus dan dalan
jumlah banyak), sperti pada kecelakaan, operasi, dan persalinan dengan
perdarahan hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun menahun. Berdasarkan
bentuk sel darah, anemi pascapendarahan ini termasuk anemi normositik
normokromik, yaitu sel darah berbentuk normal tetapi rusak/habis.
Akibat
kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi reflek cardiovascular yang
fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang
kurang vital, dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Kehilangan darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan
darah dalam waktu yang lama.
Kehilangan
darah 12-15% akan menyebabkan pucat dan takikardi, tetapi kehilangan 15%-20%
akan menimbulkan gejala syok (renjatan) yang reversible. Bila lebih 20% maka
dapat menimbulkan syok yang irreversible (menetap).
Selain
reflek kardiovascular, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke
intravascular agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya, terjadi
hemodilusi dengan gejala: (1) rendahnya Hb, eritrosit, hematokrit, (2)
leucositosis (15.000-20.000/mm3), (3) kadang-kadang terdapat gagal jantung, (4)
kelaina cerebral akibat hipoksemia, dan (5) menurunnya aliran darah ke ginjal,
sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.
Pada
kehilangan darah yang terjadi secara menahun, pengaruhnya akan terlihat sebagai
gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi masukan Fe yang cukup.
Anemia Aplastik
Merupakan
anemi yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel darah)
darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang. Dengan menurunnya
selularitas, susmsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah. Berdasarkan
bentuk sel darahnya, anemia ini termasuk dalam anemia normositik normokromik
seperti anemi pascapendarahan.
Adapun
beberapa penyebab terjadinya anemi aplastik diantaranya adalah:
1. Menurunnya
jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah. Penurunan sel darah
induk bisa terjadi karena bawaan, dalam arti tidak jelas penyebabnya
(idiopatik), yang dialami sekitar 50% penderita. Selain karena bawaan,
penurunan sel induk juga bisa terjadi karena didapat, yaitu karena adanya
pemakaian obat-obatan seperti bisulfan, kloramfenikol, dan klopromazina.
Obat-obat tersebut menyebabkan penekanan sumsum tulang.
2. Lingkungan
mikro (micro environment) seperti
radiasi dan kemoterapi yang lama dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan
infiltrasi sel.
3. Penurunan
poitin, sehingga yang befungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah dalam sumsum
tulang tidak ada.
4. Adanya
sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menekan/menghambat maturasi sel-sel induk
pada sumsum tulang.
Anemia Hemolitik
Merupakan
anemi yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/prematur. Secara
normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit
yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan
terjadinya peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8
kali lebih banyak sistem eritropoetik daripada biasanya, sehingga banyak
dijumpai eritrosit dan retikulosit pada darah tepi. Benrdasarkan bentuk sel
darahnya anemi hemolitik ini termasuk dalam anemi normositik normokromik.
Kekurangan bahan pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein, atau adanya
infeksi dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pengahancuran dan pembetukan
sistem eritropoetik.
Penyebab
anemi hemolitik diduga sebagai berikut:
1. Kongenital,
misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim G6PD.
2. Didapat,
misalnya infeksi sepsis, penggunaan obat-obatan, dan keganasan sel.
Anemia Sickle Cell
Merupakan anemi yang
terjadi karena sintesa Hb abnormal dan mudah rusak, serta merupakan penyakit
keturunan (hereditary hemoglobinophaty).
Anemia sickle cell ini menyerupai anemia hemolitik.
v Patofisiologi
Makanan
|
Tidak cukup Fe
|
Kebutuhan Fe
meningkat
|
Tubuh kurang Fe
|
Kadar Hb dalam
darah menurun/konsentrasi sel darah merah kurang
|
Pembuatan hem dan
Hb terganggu
|
Anemia
|
Gangguan
penyerapan Fe
|
Komposisi
yang salah, seperti sayuran banyak, daging kurang
|
Gangguan
penyerapan Fe
|
Kadar Hb
berkurang
|
Perdarahan kronis
|
Penyakit
|
Pertumbuhan Cepat
|
v Tanda dan Gejala
-
Lemah,
letih, lesu dan lelah
-
Sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
-
Gejala lanjut berupa kelopak mata,
bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
v Kemungkinan Komplikasi yang Muncul
Komplikasi
umum akibat anemia adalah:
-
Gagal
jantung,
-
Parestisia dan
-
Kejang.
v Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk
mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia
aplastik:
- Transplantasi
sumsum tulang
- Pemberian terapi imunosupresif
dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada
penyakit ginjal
- Pada paien
dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
- Ketersediaan
eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada
penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada
defisiensi besi
- Dicari penyebab
defisiensi besi
- Menggunakan
preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia
megaloblastik
-
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan
pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
-
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi
vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
-
Anemia defisiensi asam folat
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada
pasien dengan gangguan absorbsi.
B.
Konsep
Keperawatan
Pengkajian
Pada pengkajian ini,
tidak dibahas secara khusus asuhan untuk masing-masing jenis anemi. Untuk itu,
akan dikaji data-data focus yang umumnya sering dialami/terjadi pada bayi dan
balita yang mengalami anemi terutama defisiensi.
1. Usia
Anak yang mengalami
defisenisi Fe biasanya berusia 6-24 bulan dan pada masa pubertas. Pada usia
tersebut kebutuhan Fecukup tinggi, karena digunakan untuk pertumbuhan yang
relative terjadi cepat dibandingkan dengan periode pertumbuhan
lainnya(Wong,1991).
2. Pucat
a) Pada
anemi pascapendarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan menyebabkan pucat,
dan juga takikardi. Kehilangan darah yang cepat dapat menimbulkan reflek
cardiovascular secara fisiologis berupa kontraksi arterial, penambahan aliran
darah ke organ vital, dan pengurangan aliran darah yang kurang vital, seperti
ekstremitas.
b) Pada
defisiensi zat besi maupun asam folat (pernisiosa), pucat terjadi karenatidak
tercukupinya bahan baku pembuat sel darah maupun bahan esensial untuk pematangan
sel, dalam hal ini zat besi dan asam folat.
c) Sedangkan
pucat pada anemi hemolitik terjadi karena penghancuran sel darah merah sebelum
waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam waktu 120 hari,
untuk selanjutnya membentuk sel darah baru.
d) Pada
anemi aplastik, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan sel darah pada
sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami kerusakan.
Warna
kepucatan pada kulit ini dialami oleh hampir semua anak yang anemi. Warna pucat
ini dapat dilihat pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa
bibir. Cara yang sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak
dengan telapak tangan petugas atau orang tuanya. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa telapak tangan pembanding haruslah normal.
3. Mudah
lelah/lemah
Berkurangnya kadar
oksigen dalam tbuh mengakibatkan keterbatasan energy yang dihasilkan oleh
tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb
pada sel darah merah mempunyai salah satu fungsi untuk aktivitas tubuh.
4. Pusing
kepala
Pusing kepala pada anak
anemi disebabkan karena pasokan atau aliran darah ke otak berkurang
5. Napas
pendek
Rendahnya kadar Hb akan
menurunkan kadar oksigen, karena Hb merupakan pembawa oksigen. Oleh karena itu,
sebagai kompensasi atas kekurangan oksigen tersebut, pernapasan menjadi lebih
cepat dan pendek.
6. Nadi
cepat
Peningkatan denyut nadi
sering terjadi, terutama pada pendarahan mendadak yang merupakan kompensasi
dari reflek cardiovascular. Kompensasi peningkatan denyut nadi ini terjadi
untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
7. Eliminasi
urine dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Adanya perdarahan yang
hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga merangsang
hormone renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi
untuk memperbaiki perfusi dengan manifestasi penurunan produksi urine.
8. Gangguan
pada sistem saraf
Anemia defisiensi
vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system saraf sehingga timbul
keluhan seperti kesemutan (gringginen), ekstremitas lemah, spastisitas, dan
gangguan melangkah.
9. Gangguan
saluran cerna
Pada anemi yang berat,
sering timbul keluhan nyeri perut, mual,muntah, dan penurunan nafsu makan
(anoreksia).
10. Pika
Merupakan suatu keadaan
yang berulang karena anak makan zat yang tidak bergizi, tanpa gangguan jiwa
atau gangguan fisik. Sering terdapat pada anak berusia 1-4 tahun yang kurang
gizi, anak terlantar, anak yang mengalami gangguan mental, dan kurang
pengawasan. Zat yang sering dimakan, misalnya kapur, lemak, dan lain-lain.
Kebiasaan pika akan menghilang, bila anak mendapat perhatian dan kasih saying
yang cukup atau sudah teratasi masalah aneminya.
11. Iritabel
(cengeng, rewel, atau mudah tersinggung)
Anak cengeng/rewel
sering terjadi terutama pada kasus anemi defisiensi besi. Walaupun anak
tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, seperti minum dan makan, tetapi anak
tetap rewel. Apabila sebelumnya anak rewel kemudian setelah diberi minum/makan
anak menjadi diam, maka hal ini tidak termasuk cengeng (iritabel)
12. Suhu
tubuh meningkat
Diduga terjadi sebagai
akibat dari dikeluarkan leukosit dan jaringan akemik (jaringan yang mati akibat
kekurangan oksigen)
13. Pola
makan
Pada anemia defisiensi,
sering terjadi kesalahan pola makan sehingga asupan tidak mencukupi, misalnya
terlambat memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan.
14. Pemeriksaan
penunjang
Perlu pemeriksaan darah
tepi untuk mengetahui Hb, eritrosit, dan hematokrit. Pada anemi defisiensi
besi, kadar Hb kurang dari 10 gr/dl dan eritrosit menurun. Eritrosit berbentuk
mikrositik hipokromik (kecil dan pucat). Sedangkan pada defisiensi asam folat
dan vitamin B12, bentuk sel darahnya adalah makrositik normokromik
(megaloblastik), yaitu bentuk sel besar dan warna normal. Berikut ini disajikan
tabel tentang nilai normal sel darah.
Jenis Sel Darah
|
Usia
|
|||
Bayi baru lahir
|
1 Tahun
|
5 Tahun
|
8-12 Tahun
|
|
Eritrosit (juta/mikro lt0)
|
5,9 (4,1-7,5)
|
4,6 (4,1-5,1)
|
4,7 (4,2-5,2)
|
4,5-5,4
|
Hb (gr/dl)
|
19 (14-24)
|
12 (11-15)
|
13,5 (12,5-15)
|
14 (13-15,5)
|
Leukosit (per mikro lt)
|
17.000 (8-38)
|
10.000 (5-15)
|
8000 (5-13)
|
8000 (5-12)
|
Trombosit (per mikro lt)
|
200.000
|
260.000
|
260.000
|
260.000
|
Hematokrit (%)
|
54
|
36
|
38
|
40
|
15. Program
terapi, prinsipnya:
a) Tergantung
pada berat ringannya anemi, etiologi, akut, atau kronik.
b) Tidak
selalu berupa transfusi darah
c) Menghilangkan
penyebab dan mengurangi gejala.
Diagnosa
Diagnosis atau masalah
keperawatan yang terjadi pada anak dengan anemia adalah sebagai berikut:
1. Intoleransi
aktivitas
2. Kurang
nutrisi (kurang dari kebutuhan)
3. Ansietas/Cemas
Perencanaan
1.
Intoleransi
Aktivitas
Masalah intoleransi
aktivitas disebabkan oleh adanya kelemahan secara umum dan adanya penurunan
pengiriman kadar oksigen ke dalam jaringan. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka rencana yang dapat dilakukan adalah dengan mempertahankan aktivitas atau
memberikan istirahat yang cukup dan memperlancar pengiriman oksigen ke jaringan
sehingga aktivitas dapat ditoleransi, sehingga harapannya kondisi pernapasan
cukup normal.
Tindakan:
a. Monitor
tanda fisik seperti adanya taki kardi, palpitasi, takipneu, dispneu pusing,
perubahan warna kulit, dan lain-lain.
b. Bantu
aktivitas dalam batas toleransi
c. Berikan
aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat.
d. Pertahankan
posisi fowler dan berikan oksigen
suplemen
e. Monitor
tanda vital dalam keadaan istirahat.
2.
Kurang
Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan)
Masalah
kekurangan nutrisi dapat disebabkan karena adanya ketidakadekuatan masukan
kadar Fe atau kurang pengetahuan keluarga tentang pentingnya kebutuhan kadar Fe
dan juga dapat disebabkan karena gangguan penyakit atau pertumbuhan.
Tindakan:
a. Berikan
nutrisi yang kaya zat besi (Fe) seperti makanan daging, kacang, gandum, sereal
kering yang diperkaya besi.
b. Berikan
susu suplemen setelah makan padat.
c. Berikan
preparat besi peroral seperti fero
sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukomat, dan berikan anatara
waktu makan untuk meningkatkan absorbsi, berikan bersama jus buah.
d. Ajarkan
cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara
berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk.
e. Berikan
multivitamin
f. Jangan
berikan preparat Fe bersama susu
g. Kaji
feses karena pemberian yang cukup akan mengubah feses menjadi hijau gelap
h. Monitor
kadar Hb, atu tanda klinis lain.
i.
Anjurkan makanan beserta air untuk
mengurangi konstipasi
j.
Tingkatkan asupan daging dan tambahkan
padi-padian serta sayuran hijau dalam diet.
3.
Ansietas/Cemas
Masalah ansietas atau
kecemasan pada anak sering terjadi akibat kondisi tubuhnya, karena adanya
prosedur diagnosis atau juga tindakan transfuse, untuk itu diperlukan
keterlibatan keluarga dalam menurunkan stress emosional.
Tindakan:
a. Libatkan
orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
b. Jelaskan
tujuan pemberian komponen darah
c. Antisipasi
peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak.
d. Dorong
anak untuk mengekspresikan perasaan
e. Berikan
darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan harapan anak
mau menerima.
Implementasi
Implementasi atau
pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter
dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu
harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data
bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan
pasien.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan
tujuan
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut
oleh perawat.
Hasil evaluasi yang
diharapkan / kriteria :
1. Mengatakan
pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan
kriteria: menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan
aktivitas.
2. Melaporkan
kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria: mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab, melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria: mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab, melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
3. Mengidentifikasi
perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria: menyatakan
penerimaan diri dan lamanya penyembuhan, menyukai diri sebagai orang yang
berguna.
4. Mempertahankan
hidrasi adekuat dengan kriteria: tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal,
masukan dan keluaran seimbang.
5. Menunjukkan
perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan
yang sesuai dengan kriteria: menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh
Anemia dibedakan atas penyebab terjadinya, penanganan anemia juga
berdasarkan penyebabnya.
B.
Saran
Bagi mahasiswa
keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep anemia pada anak serta dapat
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul
Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.
2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar