I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kanker
merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam
perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat
menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis
dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks
merupakan kanker yang dapat menyerang semua perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit
seorang perempuan meninggal karena kanker serviks sedangkan di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan meninggal
karenakanker serviks. Kanker ini juga
merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih
dari setengah perempuan Asia yang menderita kanker serviks meninggal, ini
sama artinya dengan 226.000 perempuan yang didiagnosaterkena kanker serviks sebanyak 143.000 perempuan
meninggal karenanya( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia,
sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyebab
kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar
penderita kanker serviks di Indonesia baru datang berobat setelah stadium
lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal
tersebut membuat penderita sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.
B. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian kanker serviks
2. Untuk
mengetahui penyebab kanker serviks
3. Untuk
mengetahui patofisiologi kanker serviks
4. Untuk
mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
5. Untuk
mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker
Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana
sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status
sexually active.
B. Etiologi
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat
kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah
kehamilan dan partus
Kanker serviks
terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah
perkawinan
Wanita yang sering
melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko
yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi
virus
Infeksi virus herpes
simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga
sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks
banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene
dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh
mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok
dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang
terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi
yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
-
Stage 0: Ca.Pre invasive
-
Stage
I: Ca. Terbatas pada serviks
-
Stage
Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
-
Stage
Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
-
Stage
II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai
dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
-
Stage
III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
-
Stage
IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker
serviks
-
Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal
epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada
seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi
pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
-
Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
D. Patofisiologi
Bentuk
ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu
yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1
– 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses
perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan
displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul
bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke
rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan
serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain
mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki,
menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
E. Tanda
dan Gejala
1. Keputihan
Menurut Dalimartha
(2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor
albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami
segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala
karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak
ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya
siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering
atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan
yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien
kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar
berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.
Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga
merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar
ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang
mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina
akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut
meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat
terjadi karena obstruksi ureter.
F. Penatalaksanaan
1. Radiasi
-
Dapat dipakai untuk semua stadium
-
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan
pada medical risk
-
Tidak menyebabkan kematian seperti
operasi.
2. Operasi
-
Operasi limfadektomi untuk stadium I dan
II
-
Operasi histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi
(radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai
hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi,
odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping
itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika :
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten
terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan
masih tetap sama.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis
kelamin, alamat)
2. Riwayat kesehatan
-
Keluhan
utama
pasien
biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai
air.
-
Riwayat
kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal
-
Riwayat
kesehatan dahulu
Data yang
perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor
-
Riwayat
kesehatan keluarga
Adanya
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
-
Rambut
: bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
-
Wajah
: tidak ada oedema
-
Mata : konjunctiva tidak anemis
-
Hidung
: simetris, tidak ada sputum
-
Telinga
: simetris, bersih, tidak ada serumen
-
Mulut
: bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
-
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah
bening
b. Dada
-
Inspeksi
: simetris
-
Perkusi
: sonor seluruh lap paru
-
Palpasi
: vocal fremitus simetri kana dan kiri
-
Auskultasi
: vesikuler
c. Cardiac
-
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
-
Palpasi
: ictus cordis teraba
-
Perkusi
: pekak
-
Auskultasi
: tidak ada bising
d. Abdomen
-
Inspeksi
: simetris, tidak ascites
-
Palapasi
: tidak ada nyeri tekan
-
Perkusi
: tympani
-
Auskultasi
: bising usus normal
e. Genetalia
Ada lesi,
adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak
oedema
4. Analisa Data
No
|
Data penunjang
|
Etiologi
|
Masalah kep
|
1.
|
Ds : mengungkapkan secara verbal
atau isyarat
Do :
- gerakan menghindari nyeri
- Perubahan nafsu
makan dan makan
- Perilaku ekspresif
- Berfokus pada diri sendiri
|
- Agen-agen cidera
|
Gangguan rasa nyaman: nyeri
|
2.
|
Ds : - haus
Do :
- perubahan TD
- Penurunan haluaran urine
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan BB yg tiba-tiba
|
- Perdarahan yang berulang
|
Defisit volume cairan
|
3.
|
Ds : -
Do : -
|
- Supresi sum-sum tulang
- Penurunan leukosit
|
Resiko infeksi
|
4.
|
Ds :
-
dispnea
-
Napas
pendek
Do :
-
perubahan
gerakan dada
-
Penurunan
tekanan inspirasi /ekspirasi
-
Napas
cuping hidung
-
Penggunaan
otot bantu nafas
|
- Gangguan pengembangan paru
- Pertukaran O2 dan CO2
terganggu
|
Pola nafas tidak efektif
|
5.
|
Ds : -
Do : -
|
- Perdarahan berulang
- anemia
|
Resiko cidera
|
6.
|
Ds :
-
pengungkapan
rasa malu/ bersalah
-
Pengungkapan
rasa negative diri
Do :
-
menyangkal
permasalahan
-
Membesar-besarkan
permasalahan
-
Merasionalisasi
kegagalan diri
|
-
Keputihan
dan bakteri
-
Bau
khas ca serviks
|
Gangguan harga diri
|
7.
|
Ds :
-
nyeri
abdomen
-
Nyeri
tekan pada abdomen
-
Anoreksia
-
Mual
-
Nyeri
saat defekasi
Do :
-
perubahan
pada suara abdomen ( borborigmi)
-
Perubahan
pola defekasi
-
Penurunan
frekuensi
-
Distensi
abdomen
-
Mengejan
saat defekasi
-
Muntah
|
-
Asupan
cairan dan serat kurang
-
konstipasi
|
Gangguan eliminasi fekal
|
B. Diagnosa
1. Nyeri
berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
2. Gangguan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca
tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas
berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan
interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis
jaringan cerviks.
5. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
C. Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.Nyeri b.d infiltrasi saraf akibat
infiltrasi metastase neoplasma.
|
-
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mampu mengurangi rasa nyeri dengan
kriteria hasil:
-
Pasien merasa
nyaman.
-
Nyeri
berkuran
-
Mampu
mendemonstrasikan keterampilam relaksasi,
|
-
Kaji tingkat
nyeri.
-
Berikan rasa
nyaman pada pasien dengan pengaturan posisi dan aktivitas hiburan (musik).
-
Ajarkan
teknik manajemen nyeri (relaksasi, visualisasi, distraksi).
-
Kolaborasi
pemberian analgetik.
|
-
Untuk
mengkaji data dasar.
-
Mengalihkan
fokus perhatian.
-
Meningkatkan
relaksasi untuk mengurangi nyeri.
-
Memungkinkan
pasien berpartisipasi aktif dalam kontrol nyeri.
-
Kontrol nyeri
maksimum.
|
2.Gangguan perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan b.d anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
|
-
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat tercukupi
dengan kriteria hasil:
-
Pasien
mengungkapkan pentingnya nutrisi.
-
Peningkatan
BB progresif.
|
-
Pantau intake
dan output makanan tiap hari.
-
Ukur BB tiap
hari.
-
Dorong pasien
untuk diet tinggi protein.
|
-
Identifikasi
defisiensi nutrisi.
-
Memantau
peningkatan BB.
-
Kebutuhan
jaringan metabolik adekuat oleh nutrisi.
|
3.Ketakutan/ cemas berhubungan dengan
ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian
|
-
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan ketakutan/ kecemasan berkurang sampai
menghilang dengan kriteria hasil:
-
Pasien
mendemonstrasikan koping efektif dalam pengobatan.
-
Pasien tampak
rileks dan melaporkan cemas berkurang.
|
-
Dorong pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
-
Berikan
lingkungan yang aman dan nyaman.
-
Komunikasi
terapeutik dan kontak sering dengan pasien.
-
Bantu
mengembang-kan koping menghadapi rasa takutnya.
|
-
Memberikan
kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
-
Membantu
mengurangi kecemasan.
-
Meningkatkan
kepercayaan pasien.
-
Meningkatkan kemampuan
kontrol cemas.
|
4.Ganguan body image berhubungan
dengan perubahan struktur tubuh sekunder terhadap kemoterapi
|
-
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
-
Pasien mampu
mengembangkan mekanisme koping.
-
Pasien mampu
memahami tentang perubahan struktur tubuh.
|
-
Diskusikan
dengan pasien bagaimana pengobatan mempengaruhi kehidupan pasien.
-
Jelaskan
bahwa tidak samping terjadi pada pasien.
-
Berikan
dukungan emosi.
-
Gunakan
sentuhan selama interaksi dan pertahankan kontak mata.
|
- Membantu mengidentifikasi masalah
untuk menemukan pemecahannya.
- Membantu pasien untuk menyiapkan diri
beradaptasi.
- Membantu klien untuk percaya diri.
- Meningkatkan kepercayaan diri pasien.
|
5.Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi
|
-
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit dapat terjaga
dengan kriteria hasil:
-
Pasien
berpartisipasi dalam mencegah komplikasi.
-
Tidak terjadi
kerusakan kulit.
|
-
Kaji kulit
terhadap efek samping terapi kanker, observasi adanya kerusakan/perlambatan
penyembuhan luka.
-
Mandikan
dengan air hangat dan sabun ringan.
-
Dorong pasien
untuk menghindari menggaruk kulit.
-
Ubah posisi
tubuh dengan sering.
|
-
Efek
kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
-
Mempertahankan
kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
-
Membantu
menghindari trauma kulit.
-
Meningkatkan
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
|
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan
berdasarkan diagnose yang ditemukan pada klien.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia
pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi
kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis
jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas
yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun
sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari
diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk
menghadapi perubahan peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan
pengobatan tujuan dari pemberian terapi
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah
penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya .
Penyebab kanker serviks
belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang
menonjol, antara lain, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah
kehamilan dan partus, infeksi virus, sosial ekonomi, hygiene dan sirkumsisi, merokok
dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
B. Saran
Bagi mahasiswa
keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep Ca serviks serta dapat
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://nnpetc.blogspot.com/2011/01/lp-ca-cervik.html
Bagus materinya mbak
BalasHapusgara2 postingan ini nilai saya bagus
vt989 aritzia bodysuit,camper ireland,puma italia,fjallraven ישראל,diesel bag australia,diesel clothing new zealand,zavetti canada dublin,superga deutschland,arc'teryx suisse he550
BalasHapus