Jumat, 17 Mei 2013

Askep Ca Serviks


I.          PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks sedangkan di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan meninggal karenakanker serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan Asia yang menderita kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000 perempuan yang didiagnosaterkena kanker serviks sebanyak 143.000 perempuan meninggal karenanya( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk  mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
2.      Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
3.      Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.









II.       TINJAUAN PUSTAKA


A.    Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.

B.     Etiologi
1.       Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.  Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2.      Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.  Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3.      Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4.      Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5.       Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.  Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6.      Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi.  Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7.      Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C.     Klasifikasi
1.      Klasifikasi klinis
-           Stage 0: Ca.Pre invasive
-          Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
-          Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
-          Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
-          Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
-          Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
-          Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
2.      Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
-          Mikroskopis
a.       Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b.      Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c.       Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d.      Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
e.       Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
-          Markroskopis
a.       Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b.       Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c.       Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d.       Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D.    Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

E.     Tanda dan Gejala
1.      Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2.      Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3.      Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.

F.      Penatalaksanaan
1.      Radiasi
-          Dapat dipakai untuk semua stadium
-          Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
-          Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2.      Operasi
-          Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
-          Operasi histerektomi vagina yang radikal
3.      Kombinasi (radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.  Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.  5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.












ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)
2.      Riwayat kesehatan
-          Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
-          Riwayat kesehatan sekarang
 pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal
-          Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor
-          Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala
-          Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
-          Wajah : tidak ada oedema
-           Mata : konjunctiva tidak anemis
-          Hidung : simetris, tidak ada sputum
-          Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
-          Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
-          Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah bening
b.      Dada
-          Inspeksi : simetris
-          Perkusi : sonor seluruh lap paru
-          Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
-          Auskultasi : vesikuler
c.       Cardiac
-          Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
-          Palpasi : ictus cordis teraba
-          Perkusi : pekak
-          Auskultasi : tidak ada bising
d.      Abdomen
-          Inspeksi : simetris, tidak ascites
-          Palapasi : tidak ada nyeri tekan
-          Perkusi : tympani
-          Auskultasi : bising usus normal
e.       Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f.       Ekstremitas
Tidak oedema
4.      Analisa Data
No
Data penunjang
Etiologi
Masalah kep
1.
Ds : mengungkapkan secara verbal atau isyarat
Do :
-     gerakan menghindari nyeri
-     Perubahan  nafsu  makan dan makan
-     Perilaku ekspresif
-     Berfokus pada diri sendiri
-     Agen-agen cidera
Gangguan rasa nyaman: nyeri
2.
Ds : - haus
Do :
-  perubahan TD
-  Penurunan haluaran urine
-  Penurunan turgor kulit
-  Penurunan BB yg tiba-tiba
-     Perdarahan yang berulang
Defisit volume cairan
3.
Ds : -
Do : -
-       Supresi sum-sum tulang
-       Penurunan leukosit
Resiko infeksi
4.
Ds :
-          dispnea
-          Napas pendek
Do :
-          perubahan gerakan     dada
-          Penurunan tekanan inspirasi /ekspirasi
-          Napas cuping hidung
-          Penggunaan otot bantu nafas
-       Gangguan pengembangan paru
-       Pertukaran O2 dan CO2 terganggu
Pola nafas tidak efektif
5.
Ds : -
Do : -
-    Perdarahan berulang
-    anemia
Resiko cidera
6.
Ds :
-          pengungkapan rasa malu/ bersalah
-          Pengungkapan rasa negative diri
Do :
-          menyangkal permasalahan
-          Membesar-besarkan permasalahan
-          Merasionalisasi kegagalan diri
-          Keputihan dan bakteri
-          Bau khas ca serviks
Gangguan harga diri
7.
Ds :
-          nyeri abdomen
-          Nyeri tekan pada abdomen
-          Anoreksia
-          Mual
-          Nyeri saat defekasi
Do :
-          perubahan pada suara abdomen ( borborigmi)
-          Perubahan pola defekasi
-          Penurunan frekuensi
-          Distensi abdomen
-          Mengejan saat defekasi
-          Muntah
-          Asupan cairan dan serat kurang
-          konstipasi
Gangguan eliminasi fekal

B.     Diagnosa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIDYBYYJRfZN2VSGx9PFUrpCwKUvJfNYETqOImVVeDJTOKKNM3yN7R9xLv0enloCk3E6FeG5XMF4bDDzEJSNsQenAt3e_LsidXf_McJNsW_Mp_hV_9vOnXe6oFV00auazG_ymH5wxMsKA/s640/ca+cervik.JPG
1.      Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
2.      Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3.      Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian.
4.      Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis jaringan cerviks.
5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.

C.     Intervensi
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.Nyeri b.d infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
-    Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mampu mengurangi rasa nyeri dengan kriteria hasil:
-    Pasien merasa nyaman.
-    Nyeri berkuran
-    Mampu mendemonstrasikan keterampilam relaksasi,
-      Kaji tingkat nyeri.
-      Berikan rasa nyaman pada pasien dengan pengaturan posisi dan aktivitas hiburan (musik).
-      Ajarkan teknik manajemen nyeri (relaksasi, visualisasi, distraksi).
-      Kolaborasi pemberian analgetik.
-   Untuk mengkaji data dasar.
-   Mengalihkan fokus perhatian.
-   Meningkatkan relaksasi untuk mengurangi nyeri.
-   Memungkinkan pasien berpartisipasi aktif dalam kontrol nyeri.
-   Kontrol nyeri maksimum.
2.Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
-   Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat tercukupi dengan kriteria hasil:
-   Pasien mengungkapkan pentingnya nutrisi.
-   Peningkatan BB progresif.
-     Pantau intake dan output makanan tiap hari.
-     Ukur BB tiap hari.
-     Dorong pasien untuk diet tinggi protein.
-   Identifikasi defisiensi nutrisi.
-   Memantau peningkatan BB.
-   Kebutuhan jaringan metabolik adekuat oleh nutrisi.
3.Ketakutan/ cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian
-      Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan/ kecemasan berkurang sampai menghilang dengan kriteria hasil:
-      Pasien mendemonstrasikan koping efektif dalam pengobatan.
-      Pasien tampak rileks dan melaporkan cemas berkurang.
-       Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
-       Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
-       Komunikasi terapeutik dan kontak sering dengan pasien.
-       Bantu mengembang-kan koping menghadapi rasa takutnya.
-    Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
-    Membantu mengurangi kecemasan.
-    Meningkatkan kepercayaan pasien.
-    Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
4.Ganguan body image berhubungan dengan perubahan struktur tubuh sekunder terhadap kemoterapi
-    Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image dapat teratasi dengan kriteria hasil:
-    Pasien mampu mengembangkan mekanisme koping.
-    Pasien mampu memahami tentang perubahan struktur tubuh.
-     Diskusikan dengan pasien bagaimana pengobatan mempengaruhi kehidupan pasien.
-     Jelaskan bahwa tidak samping terjadi pada pasien.
-     Berikan dukungan emosi.
-     Gunakan sentuhan selama interaksi dan pertahankan kontak mata.
-  Membantu mengidentifikasi masalah untuk menemukan pemecahannya.
-  Membantu pasien untuk menyiapkan diri beradaptasi.
-  Membantu klien untuk percaya diri.
-  Meningkatkan kepercayaan diri pasien.
5.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi
-     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil:
-     Pasien berpartisipasi dalam mencegah komplikasi.
-     Tidak terjadi kerusakan kulit.
-      Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker, observasi adanya kerusakan/perlambatan penyembuhan luka.
-      Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
-      Dorong pasien untuk menghindari menggaruk kulit.
-      Ubah posisi tubuh dengan sering.
-     Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
-     Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
-     Membantu menghindari trauma kulit.
-     Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.

D.    Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang ditemukan pada klien.

E.     Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1.       Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2.       Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3.       Tidak ada tanda-tanda infeksi
4.       Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5.       Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6.       Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7.       Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8.       Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi



III.    PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah kehamilan dan partus, infeksi virus, sosial ekonomi, hygiene dan sirkumsisi, merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).

B.     Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep Ca serviks serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.





DAFTAR PUSTAKA

http://nnpetc.blogspot.com/2011/01/lp-ca-cervik.html


2 komentar: